Sabtu, 12 Januari 2013

Islamic Study at Islamic Boarding School

PENDAHULUAN


Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang diperkenalkan di Jawa sekitar 500 tahun yang lalu. Sejak saat itu, lembaga pesantren tersebut telah mengalami banyak perubahan dan memainkan berbagai macam peran dalam masyarakat Indonesia.
Pada zaman walisongo, pondok pesantren memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Juga pada zaman penjajahan Belanda, hampir semua peperangan melawan pemerintah kolonial Belanda bersumber atau paling tidak dapat dukungan sepenuhnya dari pesantren.
Selanjutnya, pondok pesantren berperan dalam era kebangkitan Islam di Indonesia yang menurut saya pondok pesantren sangat berperan sekali dalam membangun, membina dan mengkondisikan pendidikan agama islam di negara indonesia tercinta kita ini. namun masih banyak dari kalangan masyarakat yang berpendapat bahwa pondok pesantren itu tidak dominan dalam mendidik anak-anak mereka dan ini merupakan hal yang harus kita buktikan bahwasanya pondok pesantren tidak seperti apa yang mereka bayangkan. agar mereka tau peranan pondok pesantren itu sangat dominan sekali dalam mendidik anak bangsa indonesia.



Keilmuan dalam Pondok Pesantren

A.    Pengertian Pesantren

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang diperkenalkan di Jawa sekitar 500 tahun yang lalu, dengan Kyai sebagai tokoh sentralnya dan masjid sebag pusat lembaganya[1]. Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فُنْدُوْقٌ) yang berarti penginapan[2]. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah dan rangkang, dan surau di Sumatra Barat[3].
Berdirinya pondok pesantren bermula dari seorang kyai yang menetap (bermukim) pada suatu tempat. Kemudian datanglah santri yang ingin belajar kepadanya dan turut pula bermukim di tempat itu. Karena banyaknya santri yang dating, merekapun mendirikan pondok di sekitar rumah kyai atau mesjid. Biasanya tanah tempat terletaknya pondok itu adalah milik pribadi keluarga kyai. Ada yang kemudian diwakafkan untuk ummat Islam ada pula yang tetap bersatatus milik keluarga kyai yang dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
Dalam lingkungan pesantren memiliki unsur-unsur pokok pesantren, yaitu kyai, masjid, santri, pondok dan kitab Islam klasik (atau kitab kuning), adalah elemen unik yang membedakan sistem pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya.

  1. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

Dulu, pusat pendidikan Islam adalah langgar masjid atau rumah sang guru, di mana murid-murid duduk di lantai, menghadapi sang guru, dan belajar mengaji. Waktu mengajar biasanya diberikan pada waktu malam hari biar tidak mengganggu pekerjaan orang tua sehari-hari. Menurut Zuhairini (1997:212), tempat-tempat pendidikan Islam nonformal seperti inilah yang “menjadi embrio terbentuknya sistem pendidikan pondok pesantren.” Ini berarti bahwa sistem pendidikan pada pondok pesantren masih hampir sama seperti sistem pendidikan di langgar atau masjid, hanya lebih intensif dan dalam waktu yang lebih lama.
Pendidikan pesantren memiliki dua sistem pengajaran, yaitu sistem sorogan, yang sering disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau wetonan yang sering disebut kolektif. Dengan cara sistem sorogan tersebut, setiap murid mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kyai atau pembantu kyai. Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan Qurán dan kenyataan merupakan bagian yang paling sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Murid seharusnya sudah paham tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren.
Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem bandongan atau wetonan. Dalam sistem ini, sekelompok murid mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut halaqah yang artinya sekelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru. Sistem sorogan juga digunakan di pondok pesantren tetapi biasanya hanya untuk santri baru yang memerlukan bantuan individual.

  1. Agama dan Ilmu di Pondok Pesantren

            Pengertian dan lapangan agama serta ilmu di pesantren, identik dengan pengertian dan lapanganya di dalam ajaran Islam sendiri. Sebab pesantren sebagai lembaga pendidikan, adalah lembaga pendidikan Islam. Dalam pesantren terdapat tiga metode pembelajaran yang di berikan:

1.      Transmisi (Pengiriman/Penyebaran[4]) ilmu pengetahuan Islam.
2.      Pemeliharaan tradisi Islam.
3.      Pembinaan calon-calon ulama.
Transmisi keilmuan di lingkungan pesantren pada umumnya berlangsung lebih pada penanaman ilmu daripada pengembangan ilmu, ini berkaitan erat dengan dua metode di atas, yakni melakukan trasmisi ilmu pengetahuan, dan sekaligus untuk mempertahankanya atau memelihara tradisi Islam.
      Dilihat dari konteks ini bisa dipahami kenapa proses pendidikan dan pengajaran di pesantren sangat menekankan pada hapalan atau memorisasi. Hapalan penting bukan hanya dari segi transfer ilmu pengetahuan dan pemeliharaan tradisi Islam, bahkan dalam sejarah proses pertumbuhan ilmu-ilmu Islam itu sendiri sejak masa-masa paling awal[5].
Dalam tradisi keilmuan, tradisi hapalan bahkan sering dipandang sebagai lebih otoritatif dibandingkan dengan transmisi secara tertulis. Hal ini adalah karena tradisi hapalan melibatkan transmisi secara langsung melalui pendengaran atau sima’i ( (سِمَاعِ, untuk selanjutnya direkam, dan siap direproduksikan. Dengan begitu, ilmu  yang  diterima  betul - betul fish shudur
 (فِي الصُّدُوْرِ) atau dalam lubuk hati, yang pada gilirannya dapat mencegah santri dari terkena “buta huruf fungsional” yang umum menghinggapi anak-anak sekolah yang bertumpu pada pengusaan pengetahuan (kognitif) belaka.
Pendidikan di dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang Al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Pesantren mengajarakan dalam kitab-kitab Islam klasik.
Kitab-kitab Islam klasik dikarang para ulama terdahulu dan termasuk pelajaran mengenai macam-macam ilmu pengetahuan agam Islam dan Bahasa Arab. Dalam kalangan pesantren, kitab-kitab Islam klasik sering disebut kitab kuning oleh karena warna kertas edisi-edisi kitab kebanyakan berwarna kuning.
Menurut Dhofier,  “pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik…. merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren.” Pada saat ini, kebanyakan pesantren telah mengambil pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian yang juga penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik masih diberi kepentingan tinggi. Pada umumnya, pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab yang lebih mendalam dan tingkatan suatu pesantren bisa diketahui dari jenis kitab-kitab yang diajarkan (Hasbullah, 1999:144).
Ada beberapa macam bidang pengetahuan yang diajarkan dalam kitab-kitab Islam klasik, yakni bidang bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa-bahasa Arab, seperti nahwu (sintaksis), sharaf (morfologi), juga mengajarkan ilmu tentang keislaman fiqih, usul fiqih, tauhid, tasawuf dan etika; hadist,, tafsir Al-Qur’an, dan Akhlaq[6].Cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah. Semua jenis kitab ini dapat digolongkan kedalam kelompok menurut tingkat ajarannya[7], misalnya: tingkat dasar, menengah dan lanjut. Kitab yang diajarkan di pesantren di Jawa pada umumnya sama.
Beberapa pesantren mendasarkan pemilihan materi pendidikan dan pengajaran kepada pendapat Imam Al-Ghazali dalam karya utamanya ihya’ Ulumuddin yang membagi dalam dua katagori yaitu ilmu akhirat dan dan ilmu dunia.
Yang di maksud dengan ilmu akhirat itu menurut Habib Ustman bin Yahya dalam kitabnya risalah ‘ilmani (risalah dua ilmu). Ilmu akhirat yakni ilmu yang terletak dalam hati dengan cahaya iman yang dapat menafi’kan orang atau bermanfaat bagi orang lain. Menurut pendapat lain, yang di maksud dengan ilmu akhirat yakni ilmu yang langsung berhubungan dangan masalah keagamaan yang sumbernya di ambil langsung dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Kemudian, yang di maksud dengan ilmu dunia yakni ilmu yang tidak langsung sumbernya dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Ilmu akhirat lazim pula di sebut dengan ilmu agama. Ilmu agama ini dibagi dua pula:

1.      Ilmu mukasyafah (مُكَشَّفَة) atau ilmu haqiqah (حَقِيْقَة), yaitu yang menyikap tabir masalah yang ghaib dalam hubungannya dengan masalah keTuhanan yang hanya ditangkap oleh penglihatan batin yang jernih.
2.      Ilmu muamalah, yaitu ilmu yang tujuannya diamalkan, di bagi menjadi dua yaitu Ilmu bathin (بَاطِْن) atau thariqah (طَرِيْقَة) dan ilmu dzahir(ظَاهِر)  atau ilmu syariat (شَرِيْعَة)

Beberapa istilah seperti fan (فَنَّ) dan llmiyah (عِلْمِيَّة) yang sering dipergunakan dikalangan pesantren adalah identik dengan istilah arts dan science dalam konsep barat. Sebernarnya ilmu yang ada di pesantren lebih merupan fan atau arts, yang menyangkut kecakapan fikir dari pada keterampilan tangan. Pendekatannya lebih banyak memakai logika murni dengan penghayatan yang melibatkan perasaan dari pada memakai metode empiris (berdasarkan pengalaman[8]) dan eksperimen obyektif. Ilmu di pesantren lebih besifat normatif (sebenarnya) dari pada bersifat deskriptif, sehingga berbeda dengan konsep ilmu yang dikenal dengan ilmu umum, terutama yang berupa ilmu alam.
Hal ini antara lain karena ilmu yang ada di pesantren adalah hasil penyimpulan dan penjabaran suatu sumber informasi yang mempunyai ikatan moril yaitu Al-Qur’an dan Hadist Nabi. Perkembangan ilmu di pesantren lebih bersifat vertikal (yakni hubungan hamba dengan sang Khaliq) sedang perkembangan yang bersifat horizontal hampir tidak nampak. Sekarang telah banyak berdiri sekolah dan perguruan tinggi agama. Tetapi nampaknya keduanya belum dapat menggantikan fungsi pesantren sepenuhnya, baik sebagai lembaga pendidikan ataupun sebagai lembaga ilmu pengetahuan. Lewat perguruan tinggi sistem dan metodologi diharapkan dapat diperbaiki sesuai dengan persyaratan ilmu itu sendiri. Tetapi sebagai ilmu, apa yang ada dan dipelajari di pesantren masih merupakan perbendaharaan yang berharga.











KESIMPULAN

  • Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang diperkenalkan di Jawa sekitar 500 tahun yang lalu, dengan Kyai sebagai tokoh sentralnya dan masjid sebag pusat lembaganya.
  • Pendidikan pesantren memiliki dua sistem pengajaran, yaitu sistem sorogan, yang sering disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau wetonan yang sering disebut kolektif.
  • Dalam pesantren terdapat tiga metode pembelajaran yang di berikan yakni Transmisi (Pengiriman/Penyebaran ) ilmu pengetahuan Islam, Pemeliharaan tradisi Islam dan Pembinaan calon-calon ulama.
  • Dalam lingkungan pesantren ilmu pengetahuan yang diajarakan para santri berupa kitab klasik atau kitab kuning.
  • Ada beberapa macam bidang pengetahuan yang diajarkan dalam kitab-kitab Islam klasik (kitab kuning), yakni bidang bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa-bahasa Arab, seperti nahwu (sintaksis), sharaf (morfologi), juga mengajarkan ilmu tentang keislaman fiqih, usul fiqih, tauhid, tasawuf dan etika; hadist,, tafsir Al-Qur’an, dan Akhlaq[9].Cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah.
  • Ilmu di pesantren lebih besifat normatif (sebenarnya) dari pada bersifat deskriptif. Dan,
  • Ilmu yang ada di pesantren adalah hasil penyimpulan dan penjabaran suatu sumber informasi yang mempunyai ikatan moril yaitu Al-Qur’an dan Hadist Nabi. Perkembangan ilmu di pesantren lebih bersifat vertikal (yakni hubungan hamba dengan sang Khaliq) sedang perkembangan yang bersifat horizontal hampir tidak nampak.






DAFTAR PUSTAKA

·        Abdurahman Wahid, Sutoyo, dkk. Pesantren dan Pembaharuan.Jakarta:LP3ES, 1985
·        Azra, Prof.Dr.Azyumardi, 2001, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Penerbit Kalimah, Jakarta
·        Ustman, Habib. Risalah ‘Ilmani. Jakarta: As-Syarikah At-Thohiriyah,1970
·        Mayra Walsh, Pondok Pesantren Dan Ajaran Golongan Islam. Jakarta, 1998
·         Dhofier, Zamakhsyari, 1985, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3ES, Jakarta.
·         Hasbullah, Drs., 1999, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,






[1] Abdurahman Wahid, Sutoyo, dkk. Pesantren dan Pembaharuan.Jakarta, 1985, hlm 82.
[2] Wikipedia. http://id.wikipedia.org/pesantren, Deskripsi Pesantren.
[3] Mayra Walsh, Pondok Pesantren Dan Ajaran Golongan Islam, hlm 9
[4] Kamus Besar Bahasa Indonesia—KBBI (edisi ketiga, 2005)
[5] Prof.DR.Azyumardi Azra, M.A. Esei-esei Intelektual Muslim Pendidikan Islam.Jakarta,1998, hlm 89.
[6] www.pondokpesantren.net, Ilmu-Ilmu Pondok Pesantren.
[7] Dhofier ,1985. hlm 51.
[8] Kamus Besar Bahasa Indonesia—KBBI (edisi ketiga, 2005)
[9] www.pondokpesantren.net, Ilmu-Ilmu Pondok Pesantren.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan